Kamis, 04 Oktober 2012

Simple Past

Kadang saya pengen balik ke masa lalu, lalu menonjok muka saya kenapa bisa-bisanya saya melakukan banyak hal bodoh (bahkan hingga sekarang). Lalu pada akhirnya setelah sibuk berandai-andai untuk kembali ke masa lalu, saya sibuk menertawakan diri saya sekeras-kerasnya bahkan kadang hingga meneteskan air mata.

Masa lalu. Semua orang pasti punya masa lalu. Tapi saya tidak tahu apakah masa lalu setiap manusia itu semua baik atau semua buruk. Bahkan saya rasa tiap orang pasti memiliki definisi masa lalu yang berbeda-beda pula. Bagi saya, masa lalu adalah suatu hal yang telah terjadi, mungkin kalo dalam bagian pelajaran tenses itu, masa lalu adalah past tense. Sudah dilakukan. Atau jangan-jangan memang itu definisinya, ntahlah, haha.

Selain untuk ditertawakan, ada beberapa bagian dari masa lalu yang bener-bener greget untuk diperbaiki. Saya kadang sampe mikir banget, gimana caranya saya bisa merubah masa lalu, biar sekarang saya ga menderita karena menyesal. Tapi, akhirnya ada bagian diri saya yang mencoba untuk merelakan hal-hal yang telah terjadi. Kalau saya bisa ngulang masa lalu dan memperbaikinya, terus saya belajarnya darimana?

Kadang juga saya mikir sebenarnya, Tuhan itu sudah kasih jalan ke kita, ada yang hanya satu, ada yang hanya dua, atau bahkan lebih dari itu. Kemudian kita memilih jalan tersebut, setelah memilih jalan tersebut, kita kembali dikasih pilihan jalan, begitu seterusnya. Mungkin kalau digambarkan akan membentuk akar. *mari berimajinasi sejenak* *sudah?* *lanjut* Jadi apapun pilihan yang kita ambil, itu akan selalu membawa pada jalan-jalan lainnya, kalau sudah begini buat apa disesali atas masa lalu yang telah terjadi (atau dipilih), toh memang sudah begitu jalannya, sudah begitu pilihan yang diambil.

Nah, akhirnya pada satu titik setelah puas menertawakan diri saya sepuas-puasnya, saya sampai pada pemikiran, saya memang tidak akan bisa kembali ke masa lalu - baik untuk menonjok muka saya habis-habisan karena telah berbuat hal bodoh ataupun meubah pilihan hidup saya sebelumnya - tapi saya bisa melakukan kontemplasi ulang, agar tidak salah melangkah lagi.

Nah (lagi), kadang lucunya, sesaat saya telah mengambil pilihan, lalu ternyata saya malah menyesalinya, lalu kemudian Tuhan (dengan baik hatinya) menunjukkan bahwa memang itulah jalan yang telah saya pilih, walau butuh waktu lama untuk merenungkan atau mengambil hikmah itu semua, ntah satu bulan, satu tahun, atau mungkin bertahun-tahun.

Saya masih tidak tahu jalan hidup saya selanjutnya akan kemana, banyak hal-hal bodoh yang telah saya lakukan (dan pilih) kemudian sekarang saya sibuk menertawakannya. Yang pasti saya percaya, saat ini saya menertawakan kebodohan saya, tapi suatu saat nanti saya akan tersenyum bahagia karena menyadari memang itulah baiknya.

Sekian. Dan terimakasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Widiya Ningrum. Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

AmazingCounters.com

Instagram Shots


Instagram

Tumbler