Ada banyak orang yang menghabiskan malam dengan sesuatu yang menyia-nyiakan. Menonton bola semalaman tanpa shalat malam dan melepaskan subuh. Atau berjalan-jalan kemanapun kaki melangkah dibawah kelamnya rokok dan minuman. Atau menghabiskannya dengan obrolan sia-sia.
Orang sekarang lebih sering tanpa Tuhan dimalam hari, kegelapan membuat orang merasa tidak ada yang mengawasi. Longgarnya waktu malam membuat orang senang menunda. Bayangkan tak pernah ada waktu shalat ( di waktu indonesia ) yang lama berlakunya 9 jam seperti isya’.
Malam adalah waktu dimana sebenarnya manusia tidak memiliki kuas atas dirinya sendiri. Ketika ia tertidur dan ruhnya berada dalam penjagaan Tuhan. Apabila ruh tersebut tidak dikembalikan. Ya sudah, esok siang tubuhmu akan dikubur.
Kita telah disibukkan oleh urusan dunia pada siang hari. Malam dijadikan sebagai waktu paling panjang untuk beribadah. Yang harus jadi koreksi kita sejauh ini adalah seberapa kita telah ber-Tuhan di malam hari?
Malam akan selalu berulang setiap harinya, akankah ia menjadi sebaik siangnya. Adakah yang bertanya mengapa isya dan subuh menjadi dua shalat yang amat menentukan?
Sebab perbedaan kelonggaran waktu dan kesempitan waktu keduanya yang amat tajam. Subuh berlaku tak lebih dari dua jam, dan isya berlaku hampri 9 jam. Dimana pada kedua waktu tersebut. Orang terlena akan kelonggaran waktu, dan yang satunya orang terlewat karena sempitnya waktu.
Mari, Selamatkan malam-malam kita! :)
Kalau kata mas Kurniawan Gunadi,
'Fenomena' tersebut berarti 'fenomena' Semalam Tanpa Tuhan :)
0 komentar:
Posting Komentar