Sudah sering masak, dan bereksperimen di dapur (bukan lab hehe), tapi baru kali ini kecipratan minyak panas, dan semoga tidak lagi. karena hobi kesalon itu terlalu mainstream buatku, jadi hobiku sedikit berbeda, masak. mungkin ada yang menganggap aku mengada-ada. tapi, coba tanya mantan-mantaku, mereka pasti pernah mencoba masakanku *eh hihi :p buatku, masak itu nikmat. apalagi kalau makanan yang kita buat dimakan dengan lahap sampai habis. rasa capeknya seketika hilang, bahagia sekali :'D
kejadian minyak panas ini gak bikin aku kapok masak kok, enggak sama sekali. ini pelajaran buat aku, lain kali harus lebih hati-hati. pelajaran juga kalau nanti cari suamik, cari seseorang yang orientasinya bukan cuma fisik. tapi seseorang yang dapat berpikir jauh lebih dari sekedar apa yang nampak, lebih dalam dari sekedar apa yang dapat dirasakan. iya, harus cari suami yang akan tetap menggenggam tanganku ini dengan erat, walau tubuhku tak mulus lagi, yang akan tetap menciumku dengan lembut, walau badanku bauk bumbu dapur, begitupun suami yang akan tetap memelukku erat, walaupun nanti rambutku sudah memutih dan kulitku sudah keriput, suami yang akan mencintaiku sepenuhnya sampai kami renta bersama :'>
Bekas luka minyak ini memang kecil, dan akan hilang seiring waktu, tapi pelajaran yang diberikannya buatku tersadar, membekas selamanya, menjadi pelajaran baru. iya, pelajaran untuk diri. bahwa segala yang nampak itu bisa terenggut kapanpun, kecantikan, harta, dan lainnya. semuanya memang milik Tuhan, kapanpun Ia ingin mengambilnya, maka semua itu bisa lenyap seketika. selalu bersyukur ya Widiya, gak boleh kufur nikmat, jangan membiasakan diri menjadi pengeluh, coba untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun, jangan membiarkan diri menjadi pribadi yang terbuai oleh moderenisasi. Ingat selalu cita-citamu untuk menjadi rumah ternyaman untuk suamimu, dan tempat mudik terhangat untuk anak-anakmu kelak, ya Widiya. Iya.
Calon istri,
yang akan mengabdikan dirinya, untuk merawat suami dan anak-anaknya
Widiya :D